2025-02-09 | admin9

Menakar Untung-Rugi Pembatasan Media Sosial pada Anak dan Remaja

Pemerintah Indonesia berencana membuat aturan pembatasan usia pengguna media sosial. Meski dampak buruk media sosial banyak dilaporkan, efektivitas pembatasan diragukan. Terkait hal itu, kita bisa belajar dari Australia yang telah menerbitkan regulasi pelarangan media sosial bagi usia di bawah 16 tahun.

Sebagaimana diberitakan media, wacana pembatasan usia dalam penggunaan media sosial mencuat setelah Presiden Prabowo Subianto menggelar rapat bersama Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid pada Senin (13/1/2025).

Pertemuan itu membahas strategi pemerintah melindungi anak-anak di ruang-ruang digital. Seusai pertemuan, Meutya menyatakan bakal mengeluarkan aturan pemerintah terkait wacana pengaturan batas usia mengakses media sosial sambil menanti pembentukan undang-undang. Saat ini, Kemenkomdigi mempelajari pembatasan usia bermedsos ini secara lebih detail.

Baca Juga : 3 Tren Media Sosial Bakal Melejit 2025 Versi Hootsuite

Wacana pembatasan usia pengguna media sosial sebenarnya telah lama mengemuka seiring tingginya penggunaan internet dan media sosial di kalangan anak-anak dan remaja di Indonesia.

Data Badan Pusat Statistik tahun 2021 menunjukkan, 89 persen anak usia lima tahun ke atas mengakses internet untuk media sosial dan hanya 33 persen di antaranya yang mengakses internet untuk mengerjakan tugas sekolah.

Jonathan Haidt, psikolog sosial dan penulis buku The Anxious Generation, mengatakan, platform media sosial telah ”mengubah masa kanak-kanak dan mengubah perkembangan manusia dalam skala yang hampir tak terbayangkan”.

Penggunaan media sosial remaja yang berat dan tingkat depresi dan kecemasan yang lebih https://jknailsbeauty.com/ tinggi jelas saling terkait. Namun, sebagian ahli mempertanyakan apakah ini sekadar korelasi atau hubungan sebab akibat.

American Psychological Association (APA) tahun 2023 mengeluarkan rekomendasi kesehatan mengenai hal ini. Meski ada bukti dampak buruk penggunaan media sosial pada remaja, para ilmuwan psikologi melihat potensi efek menguntungkan pada perkembangan sosial, pendidikan, psikologis, dan neurologis remaja.

Menurut APA, perkembangan psikologis remaja dapat memperoleh manfaat dari jenis interaksi sosial daring, khususnya selama periode isolasi sosial, saat mengalami stres, saat mencari koneksi dengan teman sebaya dengan kondisi perkembangan dan/atau kesehatan serupa, khususnya bagi remaja yang kesulitan atau terisolasi di lingkungan luring.

Remaja dengan gejala penyakit mental, seperti remaja dengan kecemasan sosial, depresi, atau kesepian, juga dinilai bisa mendapat manfaat dari interaksi di media sosial yang memungkinkan kontrol, praktik, dan peninjauan interaksi sosial lebih besar. Meski demikian, populasi ini berisiko lebih tinggi terhadap beberapa aspek negatif penggunaan media sosial.

Share: Facebook Twitter Linkedin